Sunday, February 4, 2007

Pengaturan Aliran Air Di Tengah Kota

Awal tahun 2007 tepatnya awal bulan Februari ibukota negara Indonesia yaitu DKI Jakarta dilanda banjir besar yang mengakibatkan beberapa infrastruktur penting mengalami kelumpuhan atau tidak berfungsi sama sekali. Dampak yang nyata tentunya dirasakan oleh warga Jakarta dimana dilaporkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu warga kehilangan tempat tinggal untuk sementara waktu, sehingga untuk kegiatan sehari-hari seperti memasak, mencuci ataupun yang lain tidak mungkin lagi dilakukan karena ketinggian air tergolong parah bahkan ada yang mencapai 3-4 Meter. Bila melihat dari pengalamam yang ada, beberapa faktor yang sangat berpengaruh adalah akan terjadinya banjir di Jakarta adalah : pertama daratan di Jakarta termasuk daratan yang rendah bahkan beberapa tempat memiliki ketinggian di bawah permukaan laut, Kedua Jakarta dilewati 13 aliran sungai besar dan kecil yang memiliki kondisi sebagian besar tercemar oleh limbah rumah tangga dan industri terutama sampah padat, ketiga problema pemukiman disekitar daerah aliran sungai yang dari tahun ke tahun tidak pernah terselesaikan, keempat Kurangnya daerah resapan air untuk kawasan kota Jakarta yang menurut beberapa artikel menyebutkan Jakarta hanya memiliki 6% dari wilayahnya yang merupakan lahan hijau sehingga faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya banjir. Masih banyak lagi masalah-masalah lain yang menjadi faktor penyebab terjadinya banjir salahsatunya memang iklim dunia juga mendukung terjadinya limpahan curah hujan dan pencairan kutub akibat pemanasan global.

Dari hal ini bisalah kita buat sebagai pelajaran bahwa penataan kota apalagi kota besar seperti Jakarta sangat dibutuhkah kecermatan dalam pembagian wilayah sesuai dengan fungsinya, Kota seperti Jakarta seyogyanya memiliki sarana saluran dan penampungan air yang lebih baik dari sekarang, dan bila kita melihat usia jakarta yang sudah ratusan tahun ternyata pengalaman hanyalah akan menjadi catatan sejarah kalau kita tidak pernah belajar dari pengalaman itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan kota-kota lain di daerah ??

Sebagian besar ibukota Propinsi dan kota-kota besar di wilayah Indonesia ini adalah merupakan kota pantai sebagai contoh Kota Surabaya, Semarang, Pontianak, Padang, Manado dan yang lainnya termasuk diantaranya Cirebon, Tegal, Tuban, Gresik dan kota-kota lainnya di luar Jawa, artinya sudah jelas sebagian besar dari kota kota tersebut berada di dataran rendah yang umumnya rawan akan banjir. Sudah sebaiknya para pimpinan daerah tersebut melihat Jakarta sebagai contoh yang nyata bahwa penanganan kota bukan lah hal yang sepele, tidak hanya dengan memisahkan area pemukiman dengan industri, ataupun menghindarkan area pertanian dengan area yang berpotensi menghasilkan limbah yang berpengaruh kedalam area pertanian. Namun lebih dari itu, sudah seharusnya kita mulai memikirkan jalur-jalur lintasan air. Manajemen pengaturan aliran air ini bukanlah hal yang mudah tentunya, tapi bukan pula sesuatu hal yang tidak mungkin. Kita tengok kota-kota di Eropa, sebagian besar negara-negara di Eropa adalah negara yang di aliri sungai dan berada pada ketinggian yang rendah bahkan Belanda sebagian merupakan daratan dengan ketinggaian di bawah permukaan air laut.

Saat sekarang kota selain Jakarta masih relatif lebih kecil dari skala luas maupun jumlah penduduknya kecuali Surabaya. tapi bukan berarti kita bisa bersantai-santai dengan kondisi ini, justru disaat perkembangan kota masih relatif terpantau maka perlu adanya pemikiran-pemikiran jauh kedepan. Bagaimana kota akan dikembangkan lebih jauh sehingga dari sekarang disiapkan jalur-jalur aliran air dari hujan, limbah rumah tangga ataupun industri, dan bahkan limpahan air sungai dari daerah pegunungan atau hulu sungai. Perlu juga disiapkan daerah resapan air di tengah kota sehinggakelak tidak perlu diadakan penggusuran-penggusuran yang mungkin akan lebih sulit penanganannya di banding kalau kita laksanakan sekarang.

Bagaimana dengan Dananya ?

Pertanyaan klasik yang sering diutarakan oleh sebagian besar masyarakat kita. Memang benar Indonesia bukan negara kaya itu kalau di lihat secara sosial penduduknya, pendapatan di daerah terkadang tidak sebesar kebutuhan yang diperlukan daerah tersebut dalam melaksanakan pelayanan-pelayan terhadap masyarakat. Tapi apabila para pemimpin bisa aktif memikirkan hal ini masih banyak kemungkinan solusi-solusi yang bisa didapatkan. Banyak sarjana-sarjana ataupun pemikir-pemikir berbakat di daerah, ide merekalah yang perlu kita perhatikan, perlu juga dirangkul pengusaha-pengusaha juga pelaku perdagangan di wilayah bersangkutan, toh semua itu demi kelancaran mereka. atau bahkan bila diperlukan kita berikan beasiswa untuk mengirim pemuda-pemuda yang berpotensi ke luar negeri untuk belajar tentang penataan kota terutama masalah penanganan air.

Jadi pada akhirnya adalah semua tergantung Pemimpin dan bagaimana pemimpin itu merangkul masyarakatnya untuk bekerjasama dalam pengelolaan dan penataan kota.

No comments: