Thursday, January 25, 2007

Bahan Bakar Pilihan

Saatnya Menanam Jagung

Oleh : Andreas Maryoto

Mereka yang mengalami masa kanak-kanak paling tidak pada satu dekade yang lalu tentu masih familier dengan lagu karya Ibu Sud berjudul Menanam Jagung. Lagu ini menjadi sarana efektif mengenalkan anak-anak mengenai kegiatan berkebun. Lagu itu sekaligus menyemangati anak-anak agar mau bercocok tanam.

Soal mengapa jagung menjadi contoh dalam lagu itu, salah satu yang mungkin menjadi alasan karena menanam jagung memang kegiatan yang mudah. Biji jagung yang ditanam dalam waktu singkat akan terlihat. Dalam waktu tiga setengah bulan juga sudah menghasilkan buah.

Sayang sekali kita tidak benar-benar menanam jagung di lahan yang sangat luas ini. Meski berbagai upaya dilakukan, baik oleh pemerintah maupun swasta, tanaman jagung masih dianggap sebagai tanaman "kelas dua".

Tanaman jagung pun makin tidak dikenal. Banyak pihak yang memosisikan jagung sebagai makanan orang miskin. Salah satu televisi swasta memberitakan, penduduk di salah satu tempat di Pulau Jawa mengalami kekeringan hingga mereka "terpaksa" makan jagung. Jagung makin terpojok dan menjadi komoditas terabaikan.

Situasi yang berbeda malah terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat. Sejak awal mereka mengetahui potensi besar komoditas ini sehingga AS merupakan negara produsen jagung terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 250 juta ton per tahun atau sepertiga produksi dunia.

Riset untuk tanaman ini sangat maju sehingga jagung memiliki produktivitas di atas delapan ton per hektar, sementara produksi kita (Indonesia) hanya sekitar 3,5 ton per hektar. Hingga sekarang riset ini masih berlangsung karena tantangan sektor pertanian ke depan makin rumit dan bervariasi.

Riset jagung untuk produk pangan olahan di AS juga tidak kalah majunya. Mereka bisa menganekaragamkan menu sarapan pagi hingga makanan ringan yang terbuat dari jagung. Di mata mereka, jagung bukan makanan kelas dua, bukan pula makanan penduduk miskin.

Dunia kembali tercengang ketika mengetahui potensi besar jagung bukan hanya untuk pangan, tetapi untuk substitusi bahan bakar. Ketika harga minyak dunia mengalami peningkatan dari sekitar 40 dollar hingga sekitar 70 dollar AS, orang meributkan bahan bakar alternatif. Mereka mencari, mulai dari minyak sawit, jarak, molase, gula, hingga jagung.

Kedudukan jagung pun sempat dianggap sepele karena banyak pihak memilih molase dan gula sebagai bahan baku etanol. Dampaknya harga gula melambung dari sekitar 300 dollar AS pada tahun lalu menjadi sekitar 490 dollar AS per ton.

Akan tetapi, ketika Amerika Serikat mengeluarkan kajian yang terbaru pada bulan Juli lalu yang memilih jagung sebagai bahan baku produksi etanol, bukan molase atau gula, harga gula langsung anjlok. Pada pekan terakhir bulan Agustus 2006 harga gula di Bursa Berjangka London hanya 377 dollar AS per ton.

Pilihan kebijakan AS ini sebenarnya bisa diketahui sejak beberapa waktu lalu ketika pengalihan konsumsi jagung dari sebagian besar untuk pakan ternak menjadi kebutuhan lain, seperti sirup jagung dan terakhir untuk alkohol.

Proporsi penggunaan jagung untuk pakan ternak terus merosot dari sekitar 80 persen pada tahun 1960-an menjadi 67 persen pada tahun 1970-an, dan 60 persen pada 1990-an, hingga pada tahun 2006 diperkirakan hanya 51 persen.

AS telah menyatakan penggunaan jagung untuk produksi etanol pada tahun ini akan meningkat sekitar 35 persen dibanding tahun lalu. Ke depan produksi etanol juga akan terus bertambah sehingga penggunaan jagung untuk bahan baku produksi etanol pasti akan meningkat.

Jhon Baize dari John C Baize and Associates dalam presentasinya di Hanoi, Vietnam, menyebutkan, sejak tahun 1997 produksi etanol AS mengalami peningkatan. Akan tetapi, lonjakan produksi terbesar terjadi dari tahun 2005 ke tahun 2006. Lonjakan produksi mencapai hampir satu miliar galon, sementara pertumbuhan produksi etanol sebelumnya hanya sekitar 0,5 miliar galon.

Meskipun dampak konsumsi jagung untuk produksi etanol tidak serta-merta menaikkan harga jagung di Bursa Berjangka Chicago, dipastikan harga jagung akan terus merambat naik. Apalagi, AS juga sudah mengumumkan penggunaan jagung untuk produksi etanol akan terus meningkat, sementara mereka mengakui belum menemukan jagung dengan produktivitas yang lebih tinggi.

China yang beberapa tahun lalu termasuk pengekspor jagung kini telah menyatakan sebagai importir jagung. Mereka mengalami masalah berupa penurunan luas areal akibat maraknya pembangunan di berbagai tempat di China.

Secara global, produksi jagung menunjukkan masalah yang serius. Baru terjadi pada tahun ini konsumsi jagung dunia lebih besar dibanding produksi. Produksi jagung dunia mencapai sekitar 680 juta ton, sementara konsumsi mencapai 740 juta ton. Dampak dari situasi ini, stok dunia pada akhir tahun akan lebih rendah dibanding stok akhir tahun lalu.

Kembali kita terkaget-kaget ketika melihat data-data itu. Indonesia pasti akan terkena dampak dari situasi perdagangan jagung dunia. Indonesia harus mengimpor rata-rata sekitar satu juta ton jagung setiap tahunnya. Indonesia harus mengeluarkan banyak devisa untuk membeli jagung. Di tengah perdagangan jagung dunia yang tipis, kalangan industri pakan ternak harus membayar jagung dengan harga mahal.

Padahal, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan produksi jagung. Saat ini hanya sekitar 28 persen dari lahan yang ada, yaitu 800.000 hektar dari tiga juta hektar, yang menggunakan benih hibrida. Bila saja penggunaan benih hibrida bisa ditingkatkan, maka produksi jagung bisa meningkat lebih besar lagi. Benih komposit bisa menghasilkan sekitar empat ton per hektar, sementara benih hibrida bisa menghasilkan hingga delapan ton per hektar.

Penanaman jagung juga tidak terlalu rumit dan tidak memerlukan pemeliharaan yang sulit dibanding penanaman padi sehingga para petani yang hendak memasuki usaha tanaman jagung tidak banyak mengalami kendala. Jagung juga bisa ditanam di lahan-lahan yang relatif marjinal atau bukan lahan kelas satu.

Penanaman jagung yang diikuti dengan perdagangan jagung yang bergairah juga akan membuka lapangan pekerjaan. Pengangguran yang terjadi bisa terpecahkan bila bisnis ini tergarap serius, apalagi bila kelak Indonesia juga mengembangkan energi alternatif yang berasal dari komoditas jagung.


How much corn would I need to grow in order to produce enough ethanol fuel to drive my car across the country?

===========================================================

With so much volatility in today's world oil market, many are seeking out alternative fuels to power cars. Some, including corn producers, have touted ethanol is a possible alternative fuel. Ethanol, or ethyl alcohol, is made by fermenting and distilling simple sugars from corn. Ethanol is sometimes blended with gasoline to produce gasohol. Ethanol-blended fuels account for 12 percent of all automotive fuels sold in the United States, according to the Renewable Fuels Association. In very pure forms, ethanol can be used as an alternative to gasoline in vehicles modified for its use.

In order to calculate how much corn you would have to grow to produce enough ethanol to fuel a trip across the country, there are a couple of basic factors we have to consider:

  • Let's assume that you drive a Toyota Camry, the best-selling car in America in 2000. We know that the Toyota Camry with automatic transmission gets 30 miles per gallon of gas on the highway.
  • Gasoline is more efficient than ethanol. One gallon of gasoline is equal to 1.5 gallons of ethanol. This means that same Camry would only get about 20 miles to the gallon if it were running on ethanol.
  • We also need to know how far you are traveling: Let's say from Los Angeles to New York, which is 2,774 miles (4,464.2 km), according to MapQuest.com.
  • Through research performed at Cornell University, we know that 1 acre of land can yield about 7,110 pounds (3,225 kg) of corn, which can be processed into 328 gallons (1240.61 liters) of ethanol. That is about 26.1 pounds (11.84 kg) of corn per gallon.

First, we need to figure out how much fuel we will need:

2,774 miles / 20 miles per gallon = 138.7 gallons

(METRIC: 4,464.2 km / 8.5 km per liter = 525.2 liters)

We know that it takes 26.1 pounds of corn to make 1 gallon of ethanol, so we can now calculate how many pounds of corn we need to fuel the Camry on its trip:

138.7 gallons * 26.1 pounds = 3,620.07 total pounds of corn

(METRIC: 525.2 liters * 3.13 kg = 1,642 kg)

You will need to plant a little more than a half an acre of corn to produce enough ethanol to fuel your trip.

If you think you would save any money by using ethanol, guess again. Ethanol is expensive to process. According to the research from Cornell, you need about 140 gallons (530 liters) of fossil fuel to plant, grow and harvest an acre of corn. So, even before the corn is converted to ethanol, you're spending about $1.05 per gallon.

"The energy economics get worse at the processing plants, where the grain is crushed and fermented," reads the Cornell report. The corn has to be processed with various enzymes; yeast is added to the mixture to ferment it and make alcohol; the alcohol is then distilled to fuel-grade ethanol that is 85- to 95-percent pure. To produce ethanol that can be used as fuel, it also has to be denatured with a small amount of gasoline.

The final cost of the fuel-grade ethanol is about $1.74 per gallon. (Of course, a lot of variables go into that number.) The average price for a gallon of gas in the United States is about $1.40 as of August 9, 2001, according to GasPriceWatch.com.




No comments: